Senin, 24 Oktober 2011

Narasi Rindu...





Aku mengenalmu bertahun-tahun lalu
sebuah rasa menyeruak hadir mengisi kelam jiwa
pada saat itu, satu harapan bersemi
mungkinkah aku bisa memiliki senyum sederhana itu….?

perjalanan waktu terasa sangat tak berpihak padaku
diantara raga kita terbentang samudera luas
ingin menggapaimu,
membuat lemah jariku terkepang…

sekian lama tanpa kabar, serasa engkau ditelan bumi
kucari dan selalu kutelusuri jejakmu,.. tapak kakimu smakin samar-samar
hingga tiba saat itu, aku menemukanmu dikehidupan yg terasa sgt berbeda..
masih tersisa pancaran kesederhanaan yg dulu membuatku jatuh hati

tercipta sebuah kegamangan dari sikapmu padaku,
responsibility yang terasa meragukan…
mungkinkah aku hanyalah bagian terkecil dikehidupanmu
yang tak sedikitpun bernilai lebih bagimu…..?
sprt setitik buih ditengah ombak samudera hindia..

Kuakui,.. memang kebersamaan kita dulu hanya sekejap
belum mampu mencipta getar-getar rasa dihatimu yg begitu dewasa
namun di sekejap itulah aku merasakan keindahan kuantum..
sebuah mukjizat dari makna rindu sesungguhnya…

sampai detik ini, ketika catatan ini kutulis…
aku masih bertahan dgn rasa itu…
rasa yg sedikitpun tak pernah berubah, sejak pertama ku mengenalmu…

Namun,,,.. disisi lemahku sbg lelaki…
aku juga butuh setitik kepastian..
responsibility yg tak gamang..
bolehkah kuterus bertahan.. menunggumu disini..?

sampai satu saat tiba ketika………… :
Kupinang Engkau Dengan Al-Qur’an dan Tasbih,
Ku Ucap Ijab Dengan Basmalah, dan Ku Kecup Keningmu Dengan Hamdalah


“ Cintaku bukanlah Cinta Biasa, jika kamu yg memiliki,
dan kamu yg temaniku seumur hidupku, terimalah pengakuanku “
( A song by Afghan)

Gowa, 1 November 2009

Ramadhan seorang Duafa Cinta..



Dan.........
Ramadhan ini pun hampir berlalu
untaian ayat-ayat malam, tarawih kita..
mendamaikan jiwa yang gersang oleh peradaban nista

Siang yang panas menahan dahaga
terasa seperti alunan seruling surga
indah....indah...
karna tak ada maksiat didepan mata

Ramadhan hadzihi sanati..
berbeda dari Ramadhan tahun lalu
kisahnya penuh warna
seperti pelangi, lamat-lamat jiwa memendam rindu
rindu seorang DUAFA CINTA....

Sebait doa, diakhir sujud shalat Lail..
" Ya ALLAH, Rabb yang penuh Rahman...
jika masih ada setetes Ridla untukku...
pertemukan aku dgn Ramadhan-Mu lagi..


Gowa, 9 September 2009

Pesan Sang Guru Bangsa..



Jika saya seorang Guru.......
Maka saya akan mengatakan kepada orang-orang muda yang duduk di hadapanku dlm sebuah ruangan bernama kelas, bahwa kalian adalah makhluk yang mengandalkan udara yg kalian hirup setiap detik untuk melanjutkan kehidupan kalian, di dada kalian ada sepotong daging bernama jantung yang menandakan bahwa kalian masih hidup ketika jantung itu masih berdetak. Coba bayangkan ketika udara itu tak lagi sejuk tapi penuh dgn polusi, dan jantung itu tak lagi berdetak karena lelah selalu berdetak, mungkinkah kalian masih bisa dikatakan mahkluk yang selalu hidup..???, Ingatlah bahwa udara dan jantung itu ada yang menciptakan, dan Sang Pencipta yang Maha Hebat itu sangat Pemurah kepada kalian, suatu saat nanti Dia akan mengambil ciptaannya karena Dialah yang berhak memilikinya selamanya.

Jika saya seorang Guru.......
maka saya akan mengatakan kepada generasi pelanjut Negeri ini, bahwa kalian semua memiliki satu organ tubuh bernama Otak, letaknya ada di Kepala kalian, menandakan bahwa posisinya begitu terhormat, maka isilah dengan Ilmu pengetahuan, karena hanya Ilmu pengetahuan yang menandakan bahwa Otak itu sungguh mulia….. Dan di dada kalian ada hati, tempatnya di tengah yang menandakan bahwa Hati adalah penyeimbang yang selalu menjadi penjelas akan sebuah Kebenaran, yang menjadi pengontrol dari kerja otak yang kadang tidak sempurna, dan kadang jalannya tidak lurus, karena otak itu bentuknya tidak rata, penuh gundukan dan penuh guratan berliku yang menandakan bahwa organ itu sangat rumit, dan dalam kerumitan itu banyak celah yang bisa menjadi tempat bersarang sebuah ketidak benaran…. Maka isilah hati itu dengan Shalat lima waktu, Zikir, Bacaan al-Qur’an dan tahajjud, agar dia bisa menjadi kontrol yang sangat akurat dan valid…. lebih valid dari semua lembaga auditor dan lembaga survey…

Jika saya seorang Guru...........
maka saya akan berkata kepada laki-laki dan perempuan yg kebetulan duduk dihadapanku krn perbedaan usia denganku, bahwa kalian adalah anak-anak dari sebuah Negeri yang kaya raya, di tanah kalian mengandung jutaan kubik minyak mentah, di tanah kalian tersimpan cadangan emas, batu bara dan hasil bumi lainnya yang mestinya dikelola dgn hemat…. krn potensi sumber daya alam itu suatu saat nanti pasti akan habis….

Jika saya seorang Guru.....,
maka saya akan mengatakan kepada orang-orang muda yang duduk tertib di hadapanku, bahwa para leluhur kalian meneteskan air mata, menumpahkan darah mereka untuk merebut Negeri ini dari penjajah, dulu mereka hanya mengenal satu nama, Indonesia…., bukan Sulawesi, bukan Kalimantan, bukan Jawa, bukan Sumatera, bukan Papua, bukan Maluku, bukan Bali, bukan Nusa Tenggara, dulu mereka hanya meneriakkan pekik Kemerdekaan, Hidup Indonesia, Merdeka..Merdeka… tanpa ada satupun yang mengatakan bahwa hanya kami dari pulau ini yang pantas melanjutkan kemerdekaan ini, hanya kami yang pantas memimpin Republik yang telah merdeka ini…..

Jika saya seorang Guru......,
maka saya akan mengatakan kepada para pelanjut generasi ini, bahwa kalian tidak dilihat dari warna kulit, tidak dilihat dari postur tubuh gagah, cantik, tinggi besar, penampilan yang mewah, tidak dilihat dari seberapa banyak uang kalian, tidak pula dilihat dari suku mana kalian berasal, tapi kalian dilihat dari kompetensi, konsep kalian untuk memajukan dan mensejahterakan Negeri ini, komitmen dan kerja nyata kalian untuk membangun Negeri, seperti apa cara kalian untuk membebaskan Rakyat dari belenggu Kemiskinan dan pengangguran, dan track record kalian menjadi panutan yang baik……… Jika itu kalian miliki maka kalian layak menjadi Pemimpin di Negeri ini……

Jika saya Seorang Guru........,
maka saya akan mengatakan kepada anak-anak yang baru saja mengenal seragam sekolah ini, bahwa Janganlah membiasakan diri berbohong, mendustai sesama ataupun mengingkari janji, karena perbuatan tersebut sangat di benci oleh Sang Maha Pencipta udara dan jantung yang menjadi tempat sandaran hidupmu, dan apabila engkau senang berbohong, maka kalian tidak pantas menjadi Pemimpin karena seorang Pemimpin haruslah jujur pada Rakyatnya, tegas untuk mengatakan yang salah adalah salah dan benar harus ditegakkan tanpa campur tangan dan pengaruh dari siapapun…. Dan bila kalian berjanji maka tepatilah walaupun itu terkadang sangat sulit, karena yang bisa dijadikan pegangan dari seorang manusia adalah omongannya, sedangkan hewan diikat dengan talinya….

Jika saya seorang Guru.........,
maka saya akan mengatakan, bahwa kalian adalah Anak-anak sah Negeri ini, yang punya hak untuk mengelola sumber-sumber kekayaan Negeri ini, kalian berhak menolak segala bentuk campur tangan pihak luar untuk mengambil apa yang kalian miliki di Negeri ini…. Kalian punya otak dan tangan sendiri untuk digunakan menyusun konsep yang jelas untuk mengelola minyak, hutan, tambang emas, tambang batubara, bahkan kalian punya hak untuk mengelola sampah-sampah yang dihasilkan dari dapur ibu kalian dirumah, untuk dijadikan sumber energi baru yang bisa menggantikan sumur ladang Minyak kita yang sudah hampir habis. Lihatlah betapa dalam sumur-sumur minyak kita telah digali sejak berpuluh-puluh tahun yang lalu, namun mengapa nilai harga minyak kita itu ternyata belum mampu mensejahterakan orang tua kita, bahkan untuk digunakan membeli buku saja kita pun masih sangat kesulitan, untuk membiayai atap sekolah kita yang bocor pun kita harus antri menunggu giliran dengan saudara-saudara kita ditempat lain yang juga sama-sama membutuhkan….

Jika saya seorang Guru........,
maka saya akan selalu mengatakan dimanapun saya bertemu dengan anak-anak Negeri yang berseragam sekolah, Belajarlah yang rajin, perbanyaklah membaca buku, -dan bagi yang beragama Islam- agar rajinlah menunaikan Shalat Lima Waktu, ingatlah selalu Tuhan dengan Zikir dan bacaan Al-Qur’an, agar kelak kalian bisa menjadi Pemimpin di Negeri yang kaya raya ini, dan ketika kalian menjadi Pemimpin maka gunakanlah otak dan tangan kalian untuk membangun dan mensejahterakan Negeri ini, membuat Negeri ini mampu Mandiri tanpa harus bergantung pada orang lain, menjadi Pemimpin yang tidak korupsi, menjadi Pemimpin yang tidak pernah membohongi rakyatnya, jujur dan tegas untuk mengatakan bahwa yang salah itu salah dan yang Benar harus ditegakkan……. Dan percayalah bahwa apapun suku kalian, bagaimanapun bentuk tubuh kalian, sepanjang kalian mampu, maka kalian Berhak Memimpin Negeri ini, karena Kemerdekaan Negeri ini adalah hasil perjuangan dari semua Leluhur kalian….Karena kita sudah pernah sama-sama mengikrarkan dari Sumatera sampai Papua, bahwa kita adalah Negeri yang satu, Indonesia yang Bhinneka Tunggal IKa…


Pangkep, 9 Juli 2009


dia bagimu,.. Ataukah Aku bagimu..?




Di tepian senja
bersama bias mentari yang tak pernah lelah
nyanyiannya begitu syahdu, tentang buluh perindu
dan kisah di sepenggal masa...

kisah kita....
menerjang pusaran waktu
dan tembok-tembok keangkuhan itu
yg merasa berhak berkisah tentang defenisi 'mencintai'

'mencintai' memang bukanlah tabu
tapi 'dicintai' selalu menyisakan keraguan
ketika 'dicintai' harus terjawab dgn seribu fakta

kisah kita tiba pada anekdot tanpa penjelas
tentang sebuah defenisi yang harus terjawab tuntas,
Dia bagimu adalah 'mencintai'
tapi Aku bagimu adalah 'dicintai'

maafkan bila ku lantang berbisik
tentang defenisi kebersamaan kita

biarlah arus ini mengalir tanpa terbendung ego,
biarlah bintang itu selalu nan gemerlap
karna bulan tak mungkin berpihak
pada pungguk yang selalu berharap

Malam ini aku hanya ingin ditemani sunyi
dan nyanyian jiwa-jiwa yg tersenyum dlm gelisah
karena kesunyian selalu mengajarkan aku
tentang makna sebuah kebersamaan

ditepian senja itu,
menemanimu, menemuinya....
semoga adalah sedeqah
yang tak perlu dengan pahala.....
karena sedeqah adalah bahagia,
tak mesti kompensasi pahala




Gowa, 15 Juni 2009.

Minggu, 23 Oktober 2011

Sayap-sayap Harapan (eps.1)

Hari itu sangat cerah, sedikit awan tipis menjadi penghalang sinar ultraviolet yang panasnya 31 derajat celcius sehingga tidak langsung menyengat kulit yang tak lagi sawo matang. Telpon genggam Nokia N70 milik Zulkifli berdering nyaring, tertera nama yang sangat akrab baginya (Nur), “kok seharian ini dia udAh 2 kali nelpon, ada apa lagi yah?” gumamnya dalam hati. Bukan perasaan dongkol yang ada namun beribu tanya tentang kepastian dari sebuah ketidakpastian. “Assalamu aalaikum” suara diujung telpon menyapa dengan penuh kehangatan, “Waalaikum salam” jawab zulkifli, “apa kabar kak?, lagi ngapain nih, maaf yah keseringan nelpon, maklum lagi jenuh dirumah”, zulkifli tersenyum tipis “saya jawab satu-satu pertanyaannya yah dik, kabar saya hari ini Alhamdulillah baik seperti tadi terakhir kali kamu nelpon jam 10 pagi, skrg saya lagi terima telpon kamu, ada apa yah dik, hari ini kan baiknya ke mall atau keluar kota menikmati hijaunya hamparan sawah”. , suara nur yang sedikit melemah menimpali, “ maunya sih gitu kak, tapi kak edi selalu saja sibuk, katanya lagi banyak tugas Mahasiswanya yang harus diperiksa dan mesti buat resume untuk mata kuliah besok”. Zulkifli dengan tersenyum mafhum “yah kalo gitu sabar aja dik, yah wong kalo dia sibuk mau apa lagi, namanya aja kerjaan kadang tidak mau kompromi, sekarang mendingan kamu selesaikan aja dulu kerjaan dirumah, mungkin tumpukan pakaian kotor menunggu dicuci, atau lantai rumah yg seminggu penuh debu butuh dibelai dgn kain pel supaya rumahnya kelihatan bersih, mumpung kan hari libur gini, besok pasti kamu udah disibukkan lagi dengan kerjaan kantor nanti till Saturday”. Mendengar jawaban sekaligus nasehat dari Zulkifli, suara Nur yang tadi melemah tiba-tiba berubah sedikit meninggi “kalo soal itu udah ada pembantu yang urus kak, skrg saya butuh teman, butuh orang yang bisa mendengar semua keluh kesahku, problem-problemku, saya jenuh dengan semua rutinitas ini, hidupku seperti robot, senin sampai sabtu hanya berkutat dengan kondisi yang sama, aku jenuh kak, jenuh….sudahlah kak, kamu juga seperti kak edi, tdk pernah bisa memahamiku”. ..tut,tut,tut,.sambungan telpon terputus.

Zulkifli terdiam, kedua matanya tertutup sambil tertunduk dia membayangkan pemilik suara diujung telpon itu overloaded, kesal hingga menutup telpon tanpa pamit terlebih dahulu, perempuan berjilbab yang dikenalnya sangat ceria, optimis, confidence, cerdas dan senyumnya yang manis mampu meruntuhkan logika lelaki, perempuan ini dkenalnya 3 tahun yang lalu, dari sebuah proses yang serta merta tanpa direncanakan, berawal dari saudara sepupunya yang pernah meminjam handphone –tanpa seizin- zulkifli untuk menghubungi perempuan itu, melihat ada nomor yang tak terdaftar di phone book-nya, zulkifli mencoba menghubungi untuk memastikan siapa pemilik nomor tersebut, ternyata seorang perempuan bersuara sofran yang bekerja sebagai lecturer/dosen merangkap kepala bagian pelaporan keuangan di salah satu perguruan tinggi swasta ternama di kota Daeng, kota yang beranjak menuju megapolitan, dengan peradaban yang serba modern.

Perempuan itu telah memasuki usia yang cukup matang untuk ukuran kedewasaan, title dibelakang namanya ada dua, menandakan bahwa dia cukup cerdas dan mapan dari ukuran rata-rata perempuan di kampung yang hanya bisa mengecap pendidikan sampai ketingkat sekolah menengah, setelah itu mereka memasuki jenjang pernikahan karena berbagai macam alasan, ada yang tidak memiliki biaya untuk melanjutkan kuliah di kota (ini motif yang sangat umum dan mayoritas), ada yang karena manut pada keinginan sang ibu yang ingin segera menggendong cucu, ada juga disebabkan oleh desakan ekonomi keluarga yang hanya bisa menanggung kebutuhan sandang pangan untuk dua orang anak. Pikiran zulkifli udah mulai menerawang jauh menembus diktum ranah social yang lebih luas, potret buram sebuah Negara yang income perhari masyarakatnya tak lebih dari 2 dollar perhari, jauh dibawah standar kelayakan hidup yang seharusnya dilevel 25 dollar perhari, sedangkan nilai inflasi tiap tahun merangkak naik hingga mendekati angka 6 %.

Zulkifli memperbaiki posisi duduknya, segelas minuman dingin dihadapannya cukup menggoda untuk diteguk, siang ini cukup panas, ukuran rumah kreditan seluas 8x9 meter persegi sepertinya semakin sumpek dengan semua pikiran-pikiran yang membuncah didadanya. Dirumah tersebut dia tinggal bersama saudara perempuannya yang berstatus PNS disalah satu sekolah menengah di Kota daeng. terkadan muncul keinginan untuk mencari tempat tinggal sendiri, tidak bergantung pada saudaranya yang sudah memiliki keluarga. namun apalah daya, gaji Zulkifli yang hanya sebagai PNS juga masih harus disisipkan untuk kredit motor dan sedikit saving untuk planning meminang sang Gadis pujaanya yang masih belum ia temukan hingga saat ini. Gaya hidup lajang dengan pengeluaran yang kadang tak terkontrol membuat Zulkifli harus merana ketika usia kalender mulai menginjak angka 15 keatas.

NUR, sebuah nama yang indah, berarti Cahaya, memang keindahannya begitu memesona, cantik, cerdas, mapan, jilbabnya selalu berwarna pink, kadang kuning,dan kadang juga biru..., sorot matanya teduh dan bening, setiap hari senin dia selalu menolak ajakan makan siang dengan alasan lagi berpuasa. di beberapa moment ketika zulkifli menyempatkan waktu menemani Nur jalan ke mall sekedar untuk melihat terbitan baru buku-buku Islam maupun menengok koleksi tas terbaru D&G. Perempuan berjilbab dengan gaya hidup metropolis, tas yang tiap hari berganti, sepatu bermerek eropa dengan selusin koleksi. busana muslimah yang modis, sangat pas dikenakannya. beberapa kali Zulkifli merasakan aura kelembutan itu tampak orisinil dibalik sikapnya yang tegar dan kesendiriannya yang menyisakan seribu tanda tanya bagi lelaki manapun.

Seperti sebuah hukum aritmatika yang sarat kepastian, kebersamaan itu perlahan menghadirkan getar-getar rasa disanubari terdalam seorang lelaki yang hanya berstatus sebagai teman biasa, tak lebih dari itu, melawan rasa itu bagi Zulkifli adalah perjuangan terberat dalam hidupnya yang kembang kempis. Sebenarnya Nur sudah berstatus “in relationship” dengan seorang lelaki bernama Edi. Lelaki itu cukup tampan, seorang Dosen/lecturer juga di salah satu Perguruan Tinggi ternama di Kota Daeng, karirnya Edi sebagai dosen tentu selalu tak lepas dari kesibukan yang padat, senin sampai jumat di isi mengajar dikampus, sabtu dan minggu di lewatkan dengan mengajar di daerah sebagai “dosen terbang”. cukup padat, sehingga nyaris tak ada waktu untuk mengurusi kepentingan perasaan. status tersebut sudah dijalani Edi dan Nur selama lebih dari 3 tahun, bahkan telah ada ikrar bersama untuk meningkatkan status hubungan ke jenjang pernikahan, namun proses itu masih belum bisa di eksekusi secara cepat dan tepat oleh Edi. Posisi Nur sebagai seorang perempuan tentunya tak ingin menjadi eksekutor, tapi menunggu kenyataan harapan indah tersebut.

Waktu telah menunjukkan pukul 4 sore, Zulkifli tersadar dari ruang hampa petualangan pikirannya mengurai satu persatu sosok seorang Nur dan kesan indah bersamanya. “satu keputusan harus diambil hari ini, dia tdk boleh dibiarkan terpuruk dalam kejenuhannya hari ini, setidaknya cukup untuk hari ini, esok masih ada ruang harapan yang disandarkannya pada Edi, karena Edi adalah pemilik hatinya yang sesungguhnya, bukan saya” gumamnya dalam hati….. perlahan Zulkifli meraih telepon genggamnya, mencari nomor yang tadi menutup telepon dengan rasa kesal, Nur> Calling…. ‘hatiku cuma ada satu sudah untuk mencintaimu, tolong jangan sakiti lagi nanti aku bisa mati’ (suara merdu NSP/nada sambung pribadi, lirik lagu Nindi; cinta Cuma satu, mengalun berulang-ulang) “hallo, Assalamu Alaikum dik” Zulkifli menyapa Nur yang agak lama mengangkat telponnya, “Waalaikum salam kak, mohon maaf tadi kak saya udah kurang sopan langsung mematikan telpon, tadi saya tdk mampu lagi mengontrol emosi saya kak” suara lembut nan syahdu itu kembali seperti semula, sesuai dengan aslinya, Zulkifli dengan nada mafhum menjawab permohonan maaf yang tulus itu “tidak apa-apa dik, saya ngerti, itu biasa aja kok, eh,…gimana kalo sore ini kita jalan ke anjungan pantai losari, kayaknya udah lama kita nggak kesana lagi, lihat pijar warna sunset, saya rindu lihat pantulan Cahaya di riak-riak kecil ombaknya, abis itu kita dinner, gimana mau nggak???”, dengan nada riang dan setengah berteriak, Nur menjawab “mau, mau kak, saya tunggu dirumah yah kak, jemput yah kak, skalian kakak yang minta izin sama bapak”….. “ iya dik, tapi saya shalat ashar dulu,”,…….”siip deh kak, ditunggu yah, Assalamu Alaikum” Nur mengakhiri pembicaraan,..” iya dik, Waalaikumsalam”… Zulkifli menutup telepon dengan menghela nafas panjang…… dalam hati kecilnya dia berucap, “apapun statusmu dik, siapapun pemilik hatimu, saya hanya ingin membahagiakanmu, tak lebih dari itu, setidaknya senyummu telah bisa menenteramkan jiwaku, karena melihat satu bulir air mata saja dipipimu aku tak sanggup, sungguh karena aku menyayangimu lebih dari yang kamu tahu……”…. 

Sayup-sayup dari tetangga sebelah terdengar alunan suara vokalis DERBY : Kurasa getaran jiwa disetiap tatapan matanya, andai kucoba tuk berpaling akankah sanggup kuhadapi kenyataan ini, oohh Tuhan tolonglah aku, janganlah Kau biarkan diriku jatuh cinta kepadanya, sebab andai itu terjadi akan ada hati yang terluka, Tuhan tolonglah diriku,………….
(to be continued)


 Makassar, 2 Juni 2009.
Gambar ini diambil dari www.bajusopanz.blogspot.com





Di Satu Siang Di Pangkep...




Siang ini, disebuah warung kopi dipojok jalan, dekat sungai yg membelah pangkajene dan bungoro, semilir angin dan aroma air tawar dr sungai sgt terasa, ditemani secangkir teh hangat.

suara bising kendaraan disepanjang jalan poros pangkep-barru serasa mjd irama modernitas, dawai peradaban, sbuah kota kecil yg mulai menapaki evolusinya menuju kota metropolis, entah kapan akn trwujud.

Sy tringat penggalan2 cerita, dr obrolan dgn seorang kakek yg mjd tokoh masyarakat dikota kecil ini, kisah tentang pangkep masa lalu... Kerajaan Siang yg tlh ada jauh sebelum peradaban Makassar yg bermuasal dr Gowa, dan peradaban Bugis yg embrionya bertitik awal dr Luwu dan Bone... Kekuasaan Kerajaan Siang ini memiliki pengaruh sampai ke daratan Kalimantan dan sebagian besar daerah kepulauan sulawesi. Kerajaan Siang yg mewariskan sekumpulan BISSU yg dianggap sebagai manusia titisan Dewa.., mereka menjaga kesuciannya dgn tdk menjalin hubungan seksual sprt layaknya manusia normal... setiap kata mereka adl petuah yg sgt disakralkan dan dianggap sbg perwujudan komunikasi verbal antara penghuni langit dan penghuni alam bawah (Bumi). disaat mendengar kisah itu, serasa aroma mistis menyelimuti senja yg perlahan menyapa malam..

Dan satu hal yg belum terjawab, bahwa ternyata ada kekuatan nasib membawaku ke kota ini. Ada skenario "tak terlihat" yg mengatur semuanya, dari kota ini aku memulai sebuah episode baru perjalanan hidup, dgn berbekal DOA, optimisme, dan kusandarkan semuanya pada kehendak yg MAHA MENGETAHUI.

Darah yg mengalir ditubuhku titisan para leluhurku Di Negeri Para Bangsawan (BONE), mewariskan sebuah filosofi hidup yg sarat nilai dan beribu makna ; TELLU CAPPA, Cappa Lila/lidah yg mengharuskan kesantunan sikap, kata2 halus, dan penghargaan pd sesama, Cappa BADIK ; bermakna keteguhan prinsip, ketegaran hati, kemampuan brtahan hidup/survive dlm kondisi sulit, dan keharusan tuk mempertahankan harga diri. dan yg ketiga adl Cappa £=#%~* yg mrupakan simbol kelaki2an sbg media pertautan permanen utk meneguhkan jalinan persaudaraan dan kekeluargaan, bahkan bisa mjd wadah negosiasi kultural utk membangun sebuah hegemoni sprti yg dilakukan oleh LATENRITATTA dahulu kala utk mempersatukan jazirah sulawesi dlm titahnya.

Namun entahlah... semuanya telah kuserahkan pada YANG MAHA MENGATUR, kemana DIA akn menggariskan perjalanan hidupku...

tanpa terasa siang ini beranjak keperaduan senja, kemilau cahaya mentari terpantul di riak2 kecil sungai Pangkajene, dan secangkir teh inipun udah kosong... waktunya tuk melanjutkan perjalanan menuju Makassar, kota yg tlh membesarkanku dgn seribu kenangan manis dan juga cerita duka....


Pangkep, 5 Mei 2009 

Dari Posko Slipi 2, Yellow Corner



Jam 9.00 WITA malam, remote TV saya pindahkan ke chanel TV One... satu sosok yang begitu familiar muncul, mengenakan batik sbg ciri khasnya, kumis tipis, dengan senyum yg selalu terkulum, tampilan sederhana, lebih fresh, santai, dan sesekali melempar guyonan....

Kalimat-kalimat rumit sprt politik, koalisi dan bahasa politik lainnya serasa tidak bikin puyeng karena selalu dibumbui dengan candaan ringan namun mengena.

Ide besar diungkapkan dengan bahasa SEDERHANA, mudah dicerna....

Dia seorang Negarawan yang jiwa nasionalismenya tak pernah berkurang kadar karatnya... 24 karat murni..

Perilaku santun yang tidak perlu di retorika'kan....

Jusuf Kalla.... yah dialah JK...

Style'nya memang tidak pernah berubah, mengalir, orisinil, tdk dibuat-buat... tidak kaku..

Jika Tuhan mengamanahkan Bangsa ini di pimpin oleh JK, maka saya yakin Perubahan itu lebih Cepat dan Lebih Baik.... BLT tetap lanjut, PNPM jalan terus, semua masyarakat miskin bisa memakai Kompor Gas gratiisss.... tanpa perlu antre minyak tanah yang bahan bakunya smakin mahal dan menipis.. Guru dan Dosen di sejahterakan dengan program Sertifikasi..., kesejahteraan PNS terus ditingkatkan agar tidak korupsi, Rakyat miskin di berdayakan dengan program kemandirian ekonomi *apalagi Beliau punya seabrek pengalaman soal ekonomi*,....

Saya teringat dengan cerita Alm. Kakek, Beliau kenal betul Ayahanda JK ( H. Kalla )... Beliau pernah bercerita kalau dia dulu sering mendapatkan (Alm) H. Kalla keliling Kota Makassar menjajakan barang dagangannya... Kakek saya sering menasehati kami, : Teladanilah H. Kalla, memulai usahanya dari nol, hanya bermodalkan sepeda motor butut mengelilingi Kota Makassar untuk menjajakan dagangannya, dan perlahan bisa sukses mengelola dan membangun usahanya sampai sehebat sekarang....

Yah... memang JK dilahirkan dari keluarga pedagang yang ulet dan pekerja keras... tak pernah mengenal yang namanya putus asa.... Tangguh, Ulet, Pantang Menyerah, Teguh memegang Prinsip ; titisan darah Bugis memang dimiliki JK.....

*ceritanya di stop dulu, nanti dilanjutkan... ngantuk nih....*

Makassar, 29 April 2009