Barisan awan putih berarak menuju utara
di buritan bahtera Lelaki itu menepi
semilir angin selatan menerpa hangat wajahnya
memandang jauh ... tatapannya tak bergeming
di semenanjung hamparan hijau
nun jauh disana, di sebahagian daratan
di tanah para Penakluk, dia pernah dilahirkan
#Berawal dari sebuah dunia tanpa batas
Sebuah dunia tanpa prasyarat ruang dan waktu
Semesta telah mempertemukan pada satu jiwa
Jiwa yang terselimuti kabut misteri,
Dari balik keceriaan yang tampak lepas
Rona masa lalu masih terukir jelas diguratan wajahnya
Tersimpan rapi dibilik-bilik terdalam jiwanya#
Gemulung ombak membentuk kristal-kristal putih
Di riak-riak yang mengalirkan energi samudera
Lelaki itu, masih tak bergeming dari pijakannya
Pusaran kegalauan sangat jelas tergambar dimatanya
Tak cukup sepeminuman teh, mentari itu menuju tapal batas
Pendar cahaya merah menelisik ruang geladak
#Raganya berbalut luka,
Namun tak sekali pun ada keluh kesah
Waktu telah menggerus usianya
Hingga mendekati titik nadir kesendirian
Kebermaknaan yang dipahaminya adalah dunia yang telah dirangkainya
Dirangkai bersama tautan persahabatan atas nama prinsip yang sama#
Bahtera itu terapung tenang
Seakan tanpa beban berat
sedang,,... Di lambungnya ada Lelaki dengan setumpuk Impian
Mengepakkan layarnya menuju satu lembah pengembaraan
#Jika saja awan bisa meneduhkan jiwanya,
Ataukah mungkin hanya,
Pelukan Cinta yang bisa menenangkan gemuruh badai di hatinya...#
Wisata Imajinasi, Gowa, 15 November 2011
KM. Cahaya Celebes, Laiya island |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar