Child of Palestina,, Semangat Jihad yang Militan |
Konflik antara dua bangsa Palestina dan Israel, jika dimaknai dari
rentetan sejarah bukanlah sebuah konflik sederhana yang serta merta
lahir dari proses perebutan teritorial semata. Lebih dari itu, konflik
ini telah menjadi warisan masa lalu sejak zaman Musa (Moses), Isa
(al-masih), Rasulullah Muhammad SAW sampai pada generasi Yasser
Arafat-Hamas-Fatah. Dalam situs sejarah yang ada, baik itu Kitab suci
Al-Qur'an, injil, dan artefak-artefak peninggalan zaman nabi-nabi
ditemukan banyak bagian yang membahas tentang kaum yahudi sebagai sebuah
kaum yang menjadi pengikut ajaran Nabi Musa (Moses) setelah melalui
proses evolusi, sama seperti kaum nasrani pengikut ajaran Nabi Isa, maka
kaum yahudi pun terbagi kedalam beberapa sekte, ada yang masih menjaga
orisinalitas ajaran Moses yang berpegang pada Kitab Taurat (ini adalah
bagian terkecil), dan ada juga yang telah bercampur dengan pemahaman
kristen dengan berbagai percabangannya. Kaum Palestina sebagai bangsa
yang mayoritas penganut agama Islam, yang sangat dikenal memiliki
keyakinan yang tinggi terhadap ajaran yang dibawa oleh Rasulullah
Muhammad SAW, hal tersebut dikarenakan suatu realitas sejarah bahwa di
Tanah Palestina berdiri bangunan suci Ummat Islam, Masjidil Aqsha, yang
pernah menjadi Kiblat pertama Ummat Islam sebelum peristiwa Isra dan
Mi'raj Rasulullah. Tanah Palestina yang diyakini oleh seluruh Ummat
Islam sebagai salah satu tempat Suci tentunya memiliki sebuah nilai
historis tersendiri, yang harus dijaga, dipertahankan, sesuai dengan
pesan Al-Qur'an.
Dalam Al-Qur'an juga secara eksplisit diungkapkan bagaimana besarnya
kebencian Kaum yahudi terhadap ajaran Nabi Muhammad yang dianggap
sebagai ajaran yang akan mengaburkan eksistensi kaum yahudi di muka bumi
ini. Sehingga kebencian tersebut bermetamorfosa menjadi konflik agama,
saling mengklaim hak kepemilikan terhadap tanah Yerussalem, tepi barat
dan jalur gaza. Kebencian kaum yahudi tersebut takkan pernah berakhir
hingga bumi ini kiamat : lihat Al-Baqarah ; 120. Kebencian yang dimaksud
disini dalam konteks kajian tafsir, adalah kebencian kaum yahudi yang
masih belum memahami eksistensi ajaran Al-Qur'an yang merupakan
penyempurnaan ajaran-ajaran para Nabi sebelumnya. Yahudi dan Nasrani
dalam perspektif ini adalah sebuah ekslusifitas keyakinan yang
menganggap hanya ajaran yang dibawa Musa dan Isa yang benar, dan ajaran
Muhammad adalah ajaran yang tidak sahih.
Jika kita mencoba menggali sejarah lebih dalam, kaum yahudi sebenarnya
tidak pernah memiliki tanah berdaulat dalam bentuk sebuah negara, hal
tersebut sangat jelas terungkap dalam Deklarasi Balfour 1917. Deklarasi
tersebut adalah berupa surat dari Menteri Luar negeri pemerintahan
Britania raya/Inggris, Sir Arthur James Balfour, kepada Lord Rhotschild
pemimpin komunitas yahudi inggris untuk disampaikan kepada komunitas
yahudi di Palestina, padahal pada saat tersebut Tanah Palestina masih
masuk dalam wilayah kekuasaan Dinasti Turki Utsmani. Surat tersebut
berisi persetujuan kabinet Britania raya untuk pembentukan negara
berdaulat bagi kaum zionis Yahudi di Tanah Palestina.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar