Minggu, 23 Oktober 2011

Di Satu Siang Di Pangkep...




Siang ini, disebuah warung kopi dipojok jalan, dekat sungai yg membelah pangkajene dan bungoro, semilir angin dan aroma air tawar dr sungai sgt terasa, ditemani secangkir teh hangat.

suara bising kendaraan disepanjang jalan poros pangkep-barru serasa mjd irama modernitas, dawai peradaban, sbuah kota kecil yg mulai menapaki evolusinya menuju kota metropolis, entah kapan akn trwujud.

Sy tringat penggalan2 cerita, dr obrolan dgn seorang kakek yg mjd tokoh masyarakat dikota kecil ini, kisah tentang pangkep masa lalu... Kerajaan Siang yg tlh ada jauh sebelum peradaban Makassar yg bermuasal dr Gowa, dan peradaban Bugis yg embrionya bertitik awal dr Luwu dan Bone... Kekuasaan Kerajaan Siang ini memiliki pengaruh sampai ke daratan Kalimantan dan sebagian besar daerah kepulauan sulawesi. Kerajaan Siang yg mewariskan sekumpulan BISSU yg dianggap sebagai manusia titisan Dewa.., mereka menjaga kesuciannya dgn tdk menjalin hubungan seksual sprt layaknya manusia normal... setiap kata mereka adl petuah yg sgt disakralkan dan dianggap sbg perwujudan komunikasi verbal antara penghuni langit dan penghuni alam bawah (Bumi). disaat mendengar kisah itu, serasa aroma mistis menyelimuti senja yg perlahan menyapa malam..

Dan satu hal yg belum terjawab, bahwa ternyata ada kekuatan nasib membawaku ke kota ini. Ada skenario "tak terlihat" yg mengatur semuanya, dari kota ini aku memulai sebuah episode baru perjalanan hidup, dgn berbekal DOA, optimisme, dan kusandarkan semuanya pada kehendak yg MAHA MENGETAHUI.

Darah yg mengalir ditubuhku titisan para leluhurku Di Negeri Para Bangsawan (BONE), mewariskan sebuah filosofi hidup yg sarat nilai dan beribu makna ; TELLU CAPPA, Cappa Lila/lidah yg mengharuskan kesantunan sikap, kata2 halus, dan penghargaan pd sesama, Cappa BADIK ; bermakna keteguhan prinsip, ketegaran hati, kemampuan brtahan hidup/survive dlm kondisi sulit, dan keharusan tuk mempertahankan harga diri. dan yg ketiga adl Cappa £=#%~* yg mrupakan simbol kelaki2an sbg media pertautan permanen utk meneguhkan jalinan persaudaraan dan kekeluargaan, bahkan bisa mjd wadah negosiasi kultural utk membangun sebuah hegemoni sprti yg dilakukan oleh LATENRITATTA dahulu kala utk mempersatukan jazirah sulawesi dlm titahnya.

Namun entahlah... semuanya telah kuserahkan pada YANG MAHA MENGATUR, kemana DIA akn menggariskan perjalanan hidupku...

tanpa terasa siang ini beranjak keperaduan senja, kemilau cahaya mentari terpantul di riak2 kecil sungai Pangkajene, dan secangkir teh inipun udah kosong... waktunya tuk melanjutkan perjalanan menuju Makassar, kota yg tlh membesarkanku dgn seribu kenangan manis dan juga cerita duka....


Pangkep, 5 Mei 2009 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar