Jumat, 21 Oktober 2011

Konflik Palestina-Israel : Aksioma sejarah tak berujung

Child of Palestina,, Semangat Jihad yang Militan
Konflik antara dua bangsa Palestina dan Israel, jika dimaknai dari rentetan sejarah bukanlah sebuah konflik sederhana yang serta merta lahir dari proses perebutan teritorial semata. Lebih dari itu, konflik ini telah menjadi warisan masa lalu sejak zaman Musa (Moses), Isa (al-masih), Rasulullah Muhammad SAW sampai pada generasi Yasser Arafat-Hamas-Fatah. Dalam situs sejarah yang ada, baik itu Kitab suci Al-Qur'an, injil, dan artefak-artefak peninggalan zaman nabi-nabi ditemukan banyak bagian yang membahas tentang kaum yahudi sebagai sebuah kaum yang menjadi pengikut ajaran Nabi Musa (Moses) setelah melalui proses evolusi, sama seperti kaum nasrani pengikut ajaran Nabi Isa, maka kaum yahudi pun terbagi kedalam beberapa sekte, ada yang masih menjaga orisinalitas ajaran Moses yang berpegang pada Kitab Taurat (ini adalah bagian terkecil), dan ada juga yang telah bercampur dengan pemahaman kristen dengan berbagai percabangannya. Kaum Palestina sebagai bangsa yang mayoritas penganut agama Islam, yang sangat dikenal memiliki keyakinan yang tinggi terhadap ajaran yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad SAW, hal tersebut dikarenakan suatu realitas sejarah bahwa di Tanah Palestina berdiri bangunan suci Ummat Islam, Masjidil Aqsha, yang pernah menjadi Kiblat pertama Ummat Islam sebelum peristiwa Isra dan Mi'raj Rasulullah. Tanah Palestina yang diyakini oleh seluruh Ummat Islam sebagai salah satu tempat Suci tentunya memiliki sebuah nilai historis tersendiri, yang harus dijaga, dipertahankan, sesuai dengan pesan Al-Qur'an. Dalam Al-Qur'an juga secara eksplisit diungkapkan bagaimana besarnya kebencian Kaum yahudi terhadap ajaran Nabi Muhammad yang dianggap sebagai ajaran yang akan mengaburkan eksistensi kaum yahudi di muka bumi ini. Sehingga kebencian tersebut bermetamorfosa menjadi konflik agama, saling mengklaim hak kepemilikan terhadap tanah Yerussalem, tepi barat dan jalur gaza. Kebencian kaum yahudi tersebut takkan pernah berakhir hingga bumi ini kiamat : lihat Al-Baqarah ; 120. Kebencian yang dimaksud disini dalam konteks kajian tafsir, adalah kebencian kaum yahudi yang masih belum memahami eksistensi ajaran Al-Qur'an yang merupakan penyempurnaan ajaran-ajaran para Nabi sebelumnya. Yahudi dan Nasrani dalam perspektif ini adalah sebuah ekslusifitas keyakinan yang menganggap hanya ajaran yang dibawa Musa dan Isa yang benar, dan ajaran Muhammad adalah ajaran yang tidak sahih. Jika kita mencoba menggali sejarah lebih dalam, kaum yahudi sebenarnya tidak pernah memiliki tanah berdaulat dalam bentuk sebuah negara, hal tersebut sangat jelas terungkap dalam Deklarasi Balfour 1917. Deklarasi tersebut adalah berupa surat dari Menteri Luar negeri pemerintahan Britania raya/Inggris, Sir Arthur James Balfour, kepada Lord Rhotschild pemimpin komunitas yahudi inggris untuk disampaikan kepada komunitas yahudi di Palestina, padahal pada saat tersebut Tanah Palestina masih masuk dalam wilayah kekuasaan Dinasti Turki Utsmani. Surat tersebut berisi persetujuan kabinet Britania raya untuk pembentukan negara berdaulat bagi kaum zionis Yahudi di Tanah Palestina.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar