Senin, 24 Oktober 2011

Jangan Hapus Gaji Pensiun..!



2  Batang rokok dan setengah cangkir  teh sudah habis untuk menunggunya, sesekali saya melihat jam, tepat pukul 19.17, handphone yang saya letakkan dimeja berdering  nyaring, satu pesan diterima tertulis dilayar HP, satu kali klik dan tulisan itupun muncul “sy udah dkt, 5 menit lagi, sabar yah”.  Menunggu memang terkadang menjadi sangat membosankan, istilah yang saya sering dengar diloket antrian tiket nonton seperti ini “bête, lama banget sih…” 

Tepat 5 menit sesosok wajah muncul dari balik pintu masuk warung kopi itu, dengan senyum mekar mengembang, sebuah cara menyirami kebosanan yang sangat klasik, tapi ternyata selalu ampuh, saya pun membalas dengan senyum, pembalasan yang setimpal untuk ketakmampuan melawan rasa “keterpanaan” akibat pancaran keindahan senyumannya…  hehehe.. selalu takluk di “injury time” dengan cara yang sangat sederhana… sebuah senyum memang selalu bisa mengalahkan banyak hal…

Perbincangan pun berlanjut dengan santai, lebih banyak membahas tentang banyak momentum diluar sana, termasuk soal aktifitas pribadi, dan diselingi guyonan segar tentang kekonyolan kawan-kawan. Obrolan bertiga memang selalu efektif merangkai tautan cerita yang tidak kaku, cair, bisa membahas banyak hal sampai ke persoalan yang rumit sekalipun. Tapi kali ini TIDAK ADA  obrolan POLITIK, hiruk pikuk obrolan “premature” soal PILKADA yang masih 2 tahun lagi, atau obrolan soal obsesi membangun dunia pendidikan Bangsa ini, tak ada obrolan soal Kurikulum Nasional atau PERMEN (peraturan Menteri) yang belum habis “dikunyah” berganti lagi dengan “permen” rasa aneh lainnya.
Sekali waktu saya memanfaatkan peluang kecil untuk memandangi wajahnya, merasakan pancaran AURA PERSONALITYnya, sesosok pribadi sederhana yang terus berjuang menantang hidup, lentik jemarinya menggenggam kuat impian-impiannya, dan saya bisa merasakan talenta yang melekat pada dirinya, dia punya begitu banyak potensi untuk bisa tersenyum SUKSES di hari esok… saya YAKIN itu….!!!

Melihatnya, seolah saya tengah bercermin dengan realitas diri saya sendiri, semasa kuliah dulu numpang tinggal di kost yang cukup jauh dari kampus, setiap pagi mesti berjalan kaki karena tak ada kendaraan pribadi,,, hmmmm… motor..,? sebuah benda yang sangat jauh dari ukuran kemampuan ekonomi saya untuk memilikinya….!!. Jika ada urusan diluar kampus biasanya selalu memanfaatkan jasa angkot, walaupun kadang dengan uang receh pas-pasan dikantong saya…  hehehhe, nasib anak pensiunan pegawai pemerintah… Namun saya bersyukur dengan “kemiskinan”  Bangsa ini, gaji ayah saya yang pas-pasan tempo dulu, ternyata banyak mengajarkan saya bagaimana menantang hidup dan berjuang sendiri menemukan jati diri, mengajarkan saya untuk selalu tegar berdiri, meskipun makan nasi produksi “bulog” yang lauknya hanya dengan 2 potong tempe. Berbekal gaji pensiun ayah saya, Alhamdulillah studi S1 saya dan 2 orang kakak saya bisa selesai dengan hasil yg cukup memuaskan, transkrip nilai bisa dipakai mencari lowongan kerja…. Hehhehe….

Tanpa terasa jam sudah menunjukkan pukul 20.00, perut pun sdh keroncongan, sepertinya WARUNG SARLA (sari laut) menjadi pilihan tepat sebelum bubar, tak jauh dari warung kopi itu, berderet beberapa warung sarla dengan ciri khasnya adalah tenda dan meja panjang, kursi plastik, lengkap dengan alat masaknya. 2 orang teman saya ini kepengen merasakan lezatnya bebek goreng tapi sudah 2 warung yang kami datangi tak satupun yang menjual bebek goreng, padahal didinding tenda itu terpajang gambar bebek, ayam, dan berupa-rupa jenis ikan… Warung yang aneh…  Daripada mengikuti selera yang tak biasa, perut juga tak bisa lagi diajak kompromi, kami memutuskan untuk memesan 2 potong ayam goreng dan 1 ekor ikan lele goreng,.. hmmm… yummy,,yummy… baunya sangat lezat dari atas wajan penggorengan… masing-masing ayam goreng itu untuk teman saya, sedangkan saya sendiri memilih ikan lele goreng, terobsesi dengan mitos bahwa ikan lele sarat dengan kandungan zat hormon untuk meningkatkan stamina, kebetulan malam ini saya butuh stamina untuk tidur, beristirahat setelah seharian sibuk dengan aktifitas rutin,, hehehehhe… gak nyambung kalii..,

Perbincangan pun berlanjut sambil makan, temanya lebih banyak soal NIKAH,, yah.. menurut Hadits Rasul, Nikah itu Ibadah untuk menyempurnakan separuh Agama,, kesimpulannya mari menyempurnakan Agama… hahahaha… Insya Allah kalau sudah ada Rejeki, kata beberapa teman lelaki saya yang masih lajang… Sebabnya, bagi sebagian besar Suku Bugis Makassar, Nikah itu tak bisa lepas dari soal ADAT, Menikah selain untuk menyempurnakan Agama juga adalah momentum meneguhkan ADAT, dan prosesi ADAT butuh Biaya yang tak sedikit… (hmm.. soal ini memang butuh diskusi panjang)…..

Setelah makan, kamipun bubar, teman yang tadi terakhir datang diwarung kopi itu saya antar pulang ketempat kostnya,, sedang yang satunya lagi lebih memilih naik angkot, motor cuma 1, bisa berurusan dengan polisi kalau dipakai berboncengan 3 orang… apalagi di Makassar, polisinya sangat “disiplin”…

Sepanjang perjalanan pulang kembali ke rumah, banyak hal yang menjejali pikiran saya, banyak inspirasi yang terkesan dari serpihan cerita dan selentingan guyonan tadi… semuanya akan saya simpan rapi di kotak hati, saya save di chip memory otak pas-pasan yang ada dikepala saya… Tapi satu permintaan saya untuk Penentu Kebijakan di Negeri ini : Tolong… jangan hapus gaji Pensiun, sebab begitu banyak Anak-anak Bangsa yang menggantungkan hidupnya dan masa depannya untuk bisa bersekolah dari gaji tersebut… seperti apa yang saya alami tempo doeleo...

Makassar, 27 November 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar